Belajar Dari Festival Bintang

Secarik kertas datang sekitar hari Jumat lalu, diselipkan di antara lembaran memo penghubung guru dan orang tua murid. Beginilah tulisannya:

tanabata 1

PS:

sorry kalau menemukan kesalahan ketik di kertas itu. hihihi! orang jepang memang sulit mengucapkan “ly”, mereka bisanya “ry”

lanjut lagi yaa, ceritanya..

Sang guru meminta kami membantu Bayan menuliskan harapan untuk digantungkan di sebuah pohon bambu yang akan dipajang di sekolah sebagai lambang perayaan Tanabata, festival bintang. Membaca kertas itu, saya bengong. Gimana ya?

Saya sudah tau kalau ga mungkin lah kami mengikuti festival tersebut. Karena mengikutinya berarti merayakannya. Bagi kami, seperti menggadaikan akidah. Anda anggap lebay? Yaaah, betsu betsu lah ya, pemikiran kita. Tiap keluarga punya jalan hidup sendiri, sesuai wawasannya. #peace

Setelah berdiskusi dengan pria ganteng dari Mars sang peneliti ionosfer (hihihi!), saya menemukan jawaban yang saya anggap pas untuk diberitahukan kepada sensee. Apakah itu?

Pertama, kami harus membuka situs NAOJ (National Astronomy Of Japan) untuk memperkaya wawasan. Di sana kami mendapatkan sebuah tulisan yang menarik terkait festival bintang. Kami berniat untuk menjelaskan ada rasi bintang apa saja di langit Jepang yang mudah diamati, dan tentunya terkait festival tersebut. Artikel tentang langit di Tokyo inilah yang menjadi pilihan kami.

Kedua, kami nanya sama Mbah Google, “Mbah, apaan itu festival bintang ya?”

Kata Si Mbah kurleb begini,

Festival Bintang berasal dari Legenda Tanabata yang mengisahkan bintang Vega yang dianggap sebagai Orihime (おろひめ), putri raja langit yang pandai menenun. Kalau kita mengamati langit, Vega tampak sebagai bintang paling kinclong dalam rasi bintang Lyra. Di arah tenggara Vega, akan tampak Altair, bintang paling kinclong dalam rasi bintang Aquila. Nah, orang Jepang menganggap Altair sebagai penggembala sapi bernama Hikoboshi (ひこぼし). Karena Hikoboshi rajin bekerja, sang raja langit pun mengizinkannya untuk menikahi Orihime. Asik kaan? #kedipkedip

Kemudian, suami istri Hikoboshi dan Orihime hidup bahagia. Saking bahagianya, Orihime tidak lagi menenun dan Hikoboshi tidak lagi menggembala.  Ini membuat Raja Langit sangat marah sehingga keduanya dipaksa berpisah. Hadeeh! Udah mulai drama ini.

Orihime dan Hikoboshi kemudian mesti tinggal berpisah. Tempat tinggal mereka dipisahkan sungai Amanogawa (milky way alias bima sakti). Meskipun tinggal terpisah, mereka diizinkan bertemu setahun sekali, yakni pada malam hari ke-7 bulan ke-7. Jika kebetulan hari itu hujan turun, sungai Amanogawa menjadi meluap sehingga Orihime tidak dapat menyeberangi sungai untuk bertemu suaminya. Kemudian, sekawanan burung kasasagi terbang menghampiri Hikoboshi dan Orihime yang sedang bersedih dan berbaris membentuk jembatan yang melintasi sungai Amanogawa agar Hikoboshi dan Orihime bisa menyeberang dan bertemu. Waah, baik yaa #cubitpipiburungkasasagi

tanabata 5.jpg

Hujan yang turun di malam festival bintang juga diasumsikan sebagai perlambang air mata kedua pasutri yang terpaksa berpisah ini. #pelukorihimedanhikoboshi #apaseh

Perayaan Tanabata sendiri, seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, dilakukan di malam ke-6 bulan ke-7, atau pagi di hari ke-7 bulan ke-7. Sebagian besar upacara dimulai setelah tengah malam (pukul 1 pagi) di hari ke-7 bulan ke-7. Kenapa begitu ya? Ternyata eh ternyata, di tengah malam bintang-bintang tersebut akan naik mendekati zenith (arah yang tepat di atas kepala kita). Tengah malam di tanggal tersebut juga merupakan saat dimana bintang Altair, bintang Vega, dan galaksi Bima Sakti paling mudah dilihat dari Bumi.

Apa yang dilakukan orang Jepang saat perayaan Tanabata? Seperti yang diminta sensee-nya Bayan, Festival Tanabata dimeriahkan tradisi menulis permohonan di atas tanzaku atau secarik kertas berwarna-warni, yakni hijau, merah, kuning, putih, dan hitam. Permohonan yang dituliskan bisa apapun, sesuai keinginan orang yang menulis. Kertas-kertas tanzaku itu kemudian diikatkan di ranting daun bambu membentuk pohon harapan. Daun bambu (sasa) digunakan sebagai hiasan dalam perayaan karena dipercaya sebagai tempat tinggal arwah leluhur. Tradisi ini sudah dilakukan sejak Zaman Edo.

tanabata 4
Bambu-bambu ini digunakan untuk menyimpan harapan orang Jepang. Mereka percaya arwah leluhur yang tinggal di sana akan membantu mewujudkan keinginan mereka. credit

Tanabata dirayakan secara besar-besaran di berbagai kota, terutama di Sendai, Hiratsuka, Anjo, dan Sagamihara.

Apa yang bisa kami pelajari dari festival ini?

Hal terbesar adalah tentang “tools”. Orang Jepang “menurunkan” cerita legenda untuk mengajarkan rasi bintang. Cekidot foto ini.

tanabata 2

Perhatikan posisi Orihime (おろひめ) dan Hikoboshi (ひこぼし). Apa yang kamu amati? Kedua bintang kinclong dari rasi berbeda ini dipisahkan oleh kabut tipis berbentuk seperti sungai yang sebenarnya itu adalah bima sakti atau milky way. Penggambaran seperti ini bikin “nempel” informasi di otak kita kan? Cerita yang “drama” juga membuat rasa ingin tahu bertambah.

tanabata 7.jpg
Origami Orihime dan Hikoboshi juga merupakan bagian tak terpisahkan dari detailnya orang Jepang dalam menggarap sebuah festival. credit

Kalau kita di Indonesia gimana ya? Hmm, Indonesia yang secara geografis terletak di tenggara mungkin lebih familiar dengan rasi bintang Scorpio yang di sana terselip bintang kinclong bernama “Antares”. Nah, kamu ingat ga, nenek moyang kita ngemengin apa tentang scorpio dan antares? hehehe! yuuk ahh cari tau.. –> PR loh yaa

Kami juga belajar betapa terpadunya kurikulum Jepang. Seminggu sebelum festival bintang, saya diberitahukan bahwa tanggal 5 Juli 2016 (besok) Bayan bersama teman sekelasnya akan dibawa ke Planetarium untuk menjelaskan langit di Nagoya yang bisa mereka amati di malam hari. Yup! Planetarium di Nagoya juga kebetulan adalah planetarium terbesar di dunia. Jadi, how’s lucky we are!

Di “langit” planetarium, mereka akan diberi tahu bagaimana langit Nagoya selama bulan Juli. Kisah Orihime dan Hikoboshi pun pasti akan menjadi daya tarik cerita di planetarium nantinya. Sebagai bumbu perayaan Tanabata. Jadi, meskipun Tanabata sebenarnya bukan “daya tarik” Nagoya, seluruh Jepang akan merayakan festival ini sebagai pendidikan sains langit.

Nah, di ujung tulisan ini kami pun memberikan “contekan” apa sih yang akan kami lakukan terhadap kertas, lem, dan berbagai peralatan yang udah dikasih sekolah? hehehe.. Yup! Kami tetap menulis sesuatu di kertas 5 warna itu. Lima kata yang kami ingat terkait Tanabata: Vega, Altair, Rasi Lyra, Rasi Aquila, dan Milky Way. Semoga setelah ditulis, kata-kata itu nempel pel pel di otak kami, persis kayak perangko. Karena menulis adalah memorized.

Jugaa, untuk alasan kuat bahwa sebuah harapan tidak untuk kami tuliskan di kertas yang digantungkan di pohon arwah. Sebuah harapan akan kami sampaikan di do’a sunyi di atas sebuah sajadah. Itu keyakinan kami. Semoga para sensee bisa memahami betapa kami menghargai apa yang mereka rayakan, namun kami tidak mungkin memakai cara yang sama dengan mereka. Seperti perbincangan Bayan dengan tante Novi, “Berdo’a itu kan kepada Allah ya, Tante..”

“Never be afraid to trust an unknown future to a known God.”~ Corrie ten Boom.

tanabata 8

 

Amelia Piliang, suka menulis dan makan makanan pedas.

#ODOPfor99days #day80

featured image dari sini

6 thoughts on “Belajar Dari Festival Bintang

  1. Jadinya bayan tetep belajar bintang2 tapi ngga ikut ke acaranya ya kak? Dulu 2x pernah juga ke planetarium bareng rombongan G30S. Di sana didongenin bintang2 sama bapaknya, karena banyak yang ga ngerti dan lagunya enakeun banget, jadi banyak yang tidur 😀

    Like

    1. iyaa.. akidah sih yaa

      Bayan 3x ke planetarium. 1x tidur karena ga ngerti, dan seperti kata Nisa, lagunya enakeun hihihi.. 2x ga tidur, krn mulai ngerti. apalagi yg terakhir tgl 5 Juli kmrn, dia udah mulai ngerti mana vega (orihime) dan altair (hikoboshi), jd interesting kata gurunya.. “Tanoshikatta!” kata Bayan.

      Liked by 1 person

Leave a reply to rumahemak Cancel reply